Entri Populer

Kamis, 16 Agustus 2012

Membentuk karakter dari pencak silat


Satria Permana
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
APA yang terlintas di pikiran kalian bila mendengar kata pencak silat? Mungkin kebanyakan akan berpikir tentang bela diri yang keras, kuno, asli Indonesia, dan kental dengan kekuatan gaib. Boleh saja kita memiliki pemikiran itu. Tapi, persepsi itu harus diluruskan.
Jika khalayak umum berpikir pencak silat merupakan ilmu bela diri asli Indonesia, itu tidak tepat. Sebenarnya pencak silat ialah bela diri asli wilayah Asia Tenggara. Maka itu, jangan heran kalau Malaysia, Vietnam, dan Filipina juga memiliki pencak silat. Namun, memang masyarakat awam lebih mengetahui pencak silat asli Indonesia.
Pemikiran bahwa pencak silat berkesan keras dan kental dengan kekuatan gaib adalah sebuah kesalahan besar. Memang, bela diri ini memiliki sistem pendidikan yang keras jika dibandingkan dengan perguruan yang mengajarkan teknik ‘tenaga dalam’.
Terlepas dari semua itu, perlu diketahui, dalam pencak silat ada proses pembentukan kepribadian yang tidak disadari oleh peserta ataupun khalayak umum. Kurikulum yang terkesan keras itu sesungguhnya membentuk kepribadian seseorang untuk lebih disiplin, tegas, dan kuat menghadapi masalah. Pencak silat tidak mengajarkan seseorang menjadi brutal. Sebaliknya, selama pelatihan peserta diajari untuk tidak sembarangan menggunakan kelebihannya.
Hal itu ditegaskan pelatih silat aliran Golok Seliwa, Bang Husin, yang bermukim di kawasan Blok S, Kebayoran Baru. “Dulu abang orangnya doyan berantem, mabok, beh, pokoknya urakan dah. Tapi, sejak diajarin ilmu silat sama bapak abang nih, abang jadi lebih teratur hidupnya. Kalau orang bilang silat itu brutal, salah. Lewat silat, kita belajar hidup, belajar jadi manusia yang lebih baik dan berkualitas,” tutur Bang Husin.
Dulu, lanjut Bang Husin, seorang yang akan menimba ilmu silat harus mengaji lebih dahulu. Itu digunakan untuk meningkatkan kualitas iman peserta. Namun, metode itu tidak digunakan lagi oleh perguruan-perguruan silat di Indonesia. Sistem yang digunakan sekarang ialah menyampaikan nilai-nilai religius melalui diskusi di dalam latihan. Saat mereka diajari jurus oleh pelatih, pelatih akan menyampaikan makna dari jurus tersebut, untuk apa, dan bagaimana seharusnya peserta didik menggunakannya.
Mengenai ilmu batin atau tenaga dalam, Bang Husin menjelaskan, “Memang kalau ilmu batin itu ada. Tapi, abang ogah belajarnya, takut enggak kuat. Belajar ilmu batin harus punya pribadi yang baik, iman yang baik, enggak sembarangan, dan enggak boleh dipakai buat yang macem-macem.” Silat aliran Golok Seliwa merupakan pencak silat yang sangat langka. Hanya Bang Husin seorang yang menjadi ahli waris dari aliran itu. Kekhasan aliran Golok Seliwa ialah permainan senjata goloknya yang tidak dimiliki aliran lain; cepat, tepat, dan keras.
“Lewat maenan golok, kita belajar pengendalian diri, berusaha sabar, dan mengenal karakter kita. Kalau goloknya dimaenin sembarangan, enggak bakal bisa tuh golok nyatu sama kita,” ungkap Bang Husin.
Beliau juga mengaku sesungguhnya ia tidak ingin mewariskan ilmu itu kepada orang lain. Namun, karena khawatir aliran itu akan punah, ia pun membuka jasa pengajaran kepada masyarakat umum.
Bagaimana Sahabat Move? Tertarik untuk belajar silat? Marilah kita lestarikan budaya kita yang penuh nilai-nilai luhur seperti ini

sumber: http://www.mediaindonesia.com/move/?p=2029

Tidak ada komentar:

Posting Komentar