Entri Populer

Minggu, 09 September 2012

Lemak dalam mie instant


Saya suka sekali makan mie, tapi saya melihat bahwa makanan ini mengandung banyak natrium dan lemak per penyajian. Mana yang mengandung lemak? Mie atau bumbu penyedapnya?

Bahan-bahan yang terkandung dalam mie dan paket bumbu penyedap ditampilkan terpisah, maka anda dapat dengan mudah mengetahui mana mengandung apa. Garam (biasanya banyak sekali) terkandung dalam bumbu penyedap. Anda mungkin tidak menyangka mie anda mengandung lemak, tapi jangan terkejut, sebab justru di situlah lemak paling banyak bersembunyi.

Mie instan adalah mie yang telah mengalami proses gelatinisasi, sehingga untuk menghidangkannya cukup dengan di rebus dengan air mendidih. Mie instan biasanya mengacu pada produk-produk yang dikukus dan digoreng dalam minyak.

Mie instan juga dikenal dengan nama ramen. Mie ini dibuat dengan penambahan beberapa proses setelah menjadi mie segar. Tahap-tahap tersebut yaitu pengukusan, pembentukan dan pengeringan. Kadar air mie instan umunya mencapai 5-8% sehingga memiliki daya simpan yang relatif lama.

Tahapan Pembuatan Mie
Tahapan pembuatan mie terdiri dari tahap pencampuran, roll press (pembentukan lembaran), pembentukan mie, pengukusan, penggorengan, pendinginan serta pengemasan.

1. Mixing
Tahap pencampuran bertujuan agar hidrasi tepung dengan air berlangsung secara merata dan menarik serat-serat gluten. Untuk mendapatkan adonan yang baik harus diperhatikan jumlah penambahan air (28 – 38%), waktu pengadukan (15-25 menit), dan suhu adonan (24-40°C)

2. Pelempengan / pemipihan
Proses roll press (pembentukan lembaran) bertujuan untuk menghaluskan serat-serat gluten dan membuat lembaran adonan. Pasta yang dipress sebaiknya tidak bersuhu rendah yaitu kurang dari 25°C, karena pada suhu tersebut menyebabkan lembaran pasta pecah-pecah dan kasar. Mutu lembaran pasta yang demikian akan menghasilkan mie yang mudah patah. Tebal akhir pasta sekitar 1,2 – 2 mm.

3. Pencetakkan
Di akhir proses pembentukan lembaran, lembar adonan yang tipis dipotong memenjang selebar 1 – 2 mm dengan rool pemotong mie, dan selanjutnya dipotong melintang pada panjang tertentu, sehingga dalam keadaan kering menghasilkan berat standar.

4. Pengukusan
Setelah pembentukan mie dilakukan proses pengukusan. Pada proses ini terjadi gelatinisasi pati dan koagulasi gluten sehingga dengan terjadinya dehidrasi air dari gluten akan menyebabkan timbulnya kekenyalan mie. Hal ini disebabkan oleh putusnya ikatan hidrogen, sehingga rantai ikatan kompleks pati dan gluten lebih rapat. Pada waktu sebelum dikukus, ikatan bersifat lunak dan fleksibel, tetapi setelah dikukus menjadi keras dan kuat.

5. Penggorengan
Pada proses selanjutnya, mie digoreng dengan minyak pada suhu 140 – 150°C selama 60 sampai 120 detik. Tujuannya agar terjadi dehidrasi lebih sempurna sehingga kadar airnya menjadi 3 – 5%. Suhu minyak yang tinggi menyebabkan air menguap dengan cepat dan menghasilkan pori-pori halus pada permukaan mie, sehingga waktu rehidrasi dipersingkat. Teknik tersebut biasa dipakai dalam pembuatan mie instan.

6. Pendinginan
Setelah digoreng, mie ditiriskan dengan cepat hingga suhu 40°C dengan kipas angin yang kuat pada ban berjalan. Proses tersebut bertujuan agar minyak memadat dan menempel pada mie. Selain itu juga membuat tekstur mie menjadi keras. Pendinginan harus dilakukan sempurna, karena jika uap air berkondensasi akan menyebabkan tumbuhnya jamur. Pengeringan dapat juga dilakukan menggunakan oven bersuhu 60 oC sebagai pengganti proses penggorengan, dan mie yang diproduksi dikemas dengan plastik.

Maka jika anda mengira bahwa makan mie sama dengan makan pasta tak berlemak, sebaiknya anda merenungkannya lagi.

#dari bbg sumber
sumber : small crab.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar